Judul : Vegetarian
Penulis : Han Kang
Penerjemah : Dwita Rizkia
Penerbit : BACA (Bentang Aksara Cahaya)
Tahun terbit : 2007
Kayaknya aku harus berterima kasih buat sobat ambyar yang rekomendasikan Vegetarian, katanya aku wajib baca buku satu ini. Suatu kebetulan ada yang memaharkan buku preloved-nya. Jadi kayaknya sudah takdir harus baca Vegetarian. Ditambah momen tepat pas baca yaitu saat banyak daging kurban. Benar-benar menimbulkan sensasi yang kuat untuk mengeluarkan isi perut.
Tidak ada adegan pembantaian di sini. Hanya soal mimpi. Kim Yeong Hye mengalami perubahan drastis sejak dihantui mimpi buruk tentang darah dan daging. Sejak itu dia membuang segala yang berbau daging meski berharga mahal. Bahkan menolak berhubungan dengan sang suami sebab bau badannya seperti bau daging. Rupanya kebiasaan baru Yeong Hye tak dapat diterima oleh suami dan keluarga besarnya.
Paksaan untuk memakan daging dari segala pihak sebab tubuh Yeong Hye makin kurus justru menimbulkan masalah. Dia memberontak hingga menyayat tubuhnya sendiri. Memilih untuk tak banyak bicara karena tak ada yang memahaminya. Masalah terus berlanjut ketika Yeong Hye ditempatkan di bagian kejiwaan. Bagi Yeong Hye, yang terluka bukan fisiknya. Tiada yang peduli dengan dirinya. Suaminya menceraikan, orangtuanya mengabaikan dan Yeong Hye masih terus menjalani terapi.
Ketika Yeong Hye mulai mendapatkan kebahagiaan melalui lukisan bunga di tubuhnya dan tubuh kakak iparnya, mereka justru menjalani hubungan terlarang. Yeong Hye pun kembali ditempatkan di rumah sakit jiwa terpencil yang dikelilingi hutan. Di sanalah keinginan terbesar Yeong Hye terwujud: menjadi sebuah pohon. Tak perlu makan, tak perlu berbicara dan berpikir. Dan yang lebih penting, dia tak lagi menjadi binatang.
Kesan pertama ketika membaca judul Vegetarian, yang terlintas adalah pembahasan soal pola hidup para vegetarian. Ternyata salah. Vegetarian hanyalah sebuah sebab yang mengakibatkan rentetan kejadian menyakitkan sekaligus menakutkan. Miris. Betapa segala pemaksaan dan kekerasan sangat mempengaruhi alam bawah sadar.
Membaca Vegetarian rasanya sesak, semakin akhir semakin sakit. Jalinan ceritanya sanggup menimbulkan kesan yang kuat, terutama bagiku yang memang sudah berusaha menjauhi daging karena suatu sebab. Mungkin tingkatanku di bawah Yeong Hye, tapi sungguh betapa susahnya meyakinkan orang terdekat bahwa tubuh kurus bukan karena kurang makan daging.
Memang pada kasus tertentu ada orang-orang yang begitu mencium aroma daging menyebabkan nafsu makan berkurang drastis. Bahkan sampai pada taraf tak mau makan. Jika pada kondisi itu, makan menjadi rutinitas paling memuakkan dalam hidup.
Pemilihan sudut pandang dalam novel ini berbeda-beda. Beralih bab, berubah sudut pandang. Uniknya, perubahan sudut pandang ini dimaksudkan untuk memberi kesan siapakah yang menyebabkan Yeong Hye terpuruk? Dan yang paling menyebabkan Yeong Hye merasa sangat kesepianlah yang dipakai sebagai sudut pandang bab akhir. Meski Kim Yeong Hye yang menjadi pusat cerita, dia hanya mendapat sedikit porsi yaitu pada sisipan suara hati di bab awal.
Di sini penulis sengaja merahasiakan bagaimana pergulatan batin Kim Yeong Hye. Semua diceritakan lewat orang-orang terdekat disertai dilema masing-masing tokoh yang tentu berkaitan dengan karakter utama. Sebagai pembaca kita turut diajak peduli dan peka jika menghadapi permasalahan seperti yang dialami semua tokoh. Kenapa semua? Ya, karena setiap tokohnya membawa permasalahan yang mulanya sederhana tapi berujung menyakitkan dengan alur campuran. Toh selama ini orang-orang hanya melihat jelas jika fisik yang sakit. Namun bagaimana jika yang menurun adalah kesehatan mentalnya?
Sulit rasanya terbebas dari bayang-bayang masalah yang diangkat di novel ini. Sangat pantas jika novel ini menyabet Man Booker International Prize. Hal sederhana yang paling membekas adalah perihal makan. Sungguh makan adalah rutinitas paling membosankan. Dipaksa makan justru menyakitkan. Andai bisa hidup hanya mengandalkan cahaya.