Judul: The Borrowed 13.67
Penulis: Chan Ho Kei
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: Juli 2019
Jumlah Halaman: 544
Well, bisa dibilang ini adalah salah satu buku cerita bergenre detektif yang paling bagus. Meskipun tak seterkenal legenda detektif Sherlock Holmes, kasus dalam buku ini cukup menguras gairah keingintahuan pembaca untuk segera mengungkap kasus bersama tokoh utamanya.
Buku ini merupakan fiksi bergenre crime dengan tokoh utama detektif bernama "Sonny" Lok dan seniornya Kwan Chun Dok. Buku ini bercerita dengan alur mundur, dimulai dari tahun 2013 dan berakhir di awal karir Kwan di tahun 1967. Ada 6 periode dengan kasus yang berbeda-beda, dan favorit saya adalah kasus di bab paling awal pada tahun 2013. Berikut ini sinopsisnya.
Sinopsis Kasus Pertama
Kasus pembunuhan terjadi di kediaman seorang pengusaha kaya bernama Yuen Man Bun. Secara kasat mata, terlihat bahwa ini adalah kasus perampokan. Uang dalam brankas hilang dan ruang kerja sebagai TKP berantakan.Akan tetapi, ada begitu banyak kecurigaan di dalam TKP. Salah satunya adalah pelbagai perhiasan seperti cincin, jam saku emas, sampai alat pembuka amplop yang bertahtakan permata tidak ikut diambil oleh pelaku. Seakan-akan uang yang diambil pun hanya sebuah tipuan agar kasus terlihat seperti sebagai perampokan.
Semua orang, keluarga korban dan petugas forensik, sama sekali tidak memiliki kecurigaan bahwa kasus ini merupakan pembunuhan yang dilakukan oleh orang dalam. Yak, pembunuhnya ada di dalam keluarga pengusaha tersebut. Inspektur Lok sudah menduga ini dari awal sengaja mengumpulkan seluruh keluarga korban ke rumah sakit untuk bertemu seniornya yang koma di rumah sakit, Kwan Chun Dok.
Singkat cerita, senior Kwan Cun Dok ini memiliki track record yang sempurna. Ia berhasil menyelesaikan semua kasus yang ia tangani seratus persen. Inspektur Lok berencana untuk memaparkan keseluruhan kasus kepada Kwan Cun Dok yang sedang koma ini di depan keluarga korban, yakni Yue Wing Yee (anak kedua), Yue Wing Lim (anak ketiga), Choi Ting (istri anak kedua), Nanny Wu (PRT), dan Wong Kwan Tong (semacam penasehat perusahaan).
Alat pemindai otak akan menerjemahkan pemikiran Kwan Cun Dok sebagai Ya dan Tidak. Melalui alat inilah, kasus dipecahkan oleh inspektur Lok sampai ke akar-akarnya.
Seperti biasa, kisah misteri seperti ini selalu punya kejutan di cerita endingnya. Ternyata alat pemindai otak adalah sebuah skenario untuk menjebak pelaku yang sebenarnya. Dari awal, Inspektur Lok mengetahui bahwa pelaku pembunuhan dalam kasus ini disebabkan oleh tokoh provokator yang lebih lihai.
Inilah tujuan dari penyamaran alat pemindai otak Kwan Cun Dok. Seperti skenario yang sudah disusun Lok, si pelaku yang sebenarnya ini merasa terdesak dengan keberadaan Kwan Cun Dok, lalu mencabut alat pernapasan dan melakukan pembunuhan, tepat seperti yang sudah diperkirakan.
Lalu, bagaimana mungkin Inspektur Lok tega mengorbankan seniornya sendiri demi terbongkarnya sebuah kasus? Kwan Cun Dok memang sudah mati otak sejak lama. Alat bantu pernapasan lah yang sejauh ini menopang kehidupannya. Jadi, Kwan Cun Dok memang hanya pancingan agar pelaku provokasi ini berdiri dan melakukan aksi.
Kasus pertama dalam buku ini sedikit mirip dengan novel Agatha Christie yang judulnya Tirai, di mana pelakunya adalah seorang di balik layar, yang membisikan motif pada pelaku utama bahkan tanpa disadari oleh dirinya sama sekali.
Kasus yang seperti inilah yang sangat menantang buat detektif Lok, bagaimana ia menangkap seseorang yang secara empiris tidak terlibat dengan kasus pembunuhan, namun sebenarnya adalah otak dari segala kejahatan si pelaku utama.
Kelebihan Buku Ini
Satu-satunya yang membuat saya kelimpungan saat membaca buku ini adala nama-nama karakter Cina yang sangat susah diingat, ketimbang nama seperti Budi, Anton, atau Supardjo. Saya berulang kali membolak-balik halaman karena tak bisa membedakan antara nama tokoh utama dan tersangkanya. Hanya itu sih yang saya kurang suka. Sisanya so wonderfull, dan sangat sangat recommended.Review juga diposting di blog Rian Andini resensiriri.com April 2020.