Sumber: image google.com |
Penulis :
Anna Sheehan
Penerbit :
Atria
Penerjemah :
Barokah Ruziati
Tebal halaman :
398 hal
Blurb:
Rosalinda Samantha Fitrozy terbangun dari tidurnya oleh kecupan seorang pemuda. Namun bukannya bahagia, dia justru bingung. Karena dia telah tertidur selama enam puluh dua tahun dalam tabung stase! Dunia yang dia kenal berubah, orang-orang yang dia sayangi telah diada, termasuk orang tuanya dan kekasih yang dia kenal sejak kecil, Xavier.Rose berusaha beradaptasi dengan dunia barunya, meskipun sangat sulit karena sebagai putri pemilik perusahaan terbesar dalam sejarah umat manusia, dia tidak pernah dilepas sendiri ke dunia. Hidupnya selalu terlindungi dan tertutup, tapi kini semua mata terarah padanya. Belum lagi beban yang mendadak dia pikul sebagai pewaris tunggal kerajaan bisnis antarplanet milik orangtuanya.
Sekilas baca, mirip dongeng Putri Tidur yang direka
ulang dengan bumbu sci-fi dan peradaban antar planet. Dalam novel ini, bumi
tidak lagi jadi satu-satunya tempat tinggal manusia. Malah, mereka berekspansi
ke Europe, Titan, Callisto—bulan-bulan yang mengitari Jupiter. Bahkan manusia bisa tur ke
Saturnus! Luwarbiyasah!!
Mengejutkannya, untuk ukuran novel scifi, novel ini termasuk ringan, dan enak diikuti. Kendala utama hanya pada penerjemahannya yang terkesan kaku. Juga istilah slang seperti selangit dan hangus (contoh: pintu hangus! Kamu memang selangit).
Mengejutkannya, untuk ukuran novel scifi, novel ini termasuk ringan, dan enak diikuti. Kendala utama hanya pada penerjemahannya yang terkesan kaku. Juga istilah slang seperti selangit dan hangus (contoh: pintu hangus! Kamu memang selangit).
Rose adalah anak sepasang pengusaha UniCorp paling
berpengaruh seluruh jagat raya, terbangun setelah 62 tahun tertidur dalam fase
stase. Stase sendiri adalah tabung kaca berisi zat-zat kimia yang dapat
melambatkan sementara metabolisme tubuh sampai ke titik nyaris berhenti. Stase
biasa digunakan para pengelana angkasa untuk pergi antar planet atau pasien
sekarat yang obatnya belum bisa ditemukan. Dengan demikian mereka tidak perlu
menunggu selama enam bulan perjalanan dan dapat selamat ketika ilmu medis
berkembang maju.
Dengan ditemukannya Rose, maka ia harus kembali
beradaptasi pada dunia yang baru dan mengejar ketertinggalan untuk memimpin
perusahaan saat dewasa nanti. Nyatanya, hal itu tidak mudah. Rose sering
dihantui mimpi buruk, perasaan bersalah, dan impian-impian yang harus dibuang
demi kepentingan orang banyak.
Saat membaca novel ini, saya yang dulu berpikir
“Kayaknya enak ya, kalau ada masalah, kita tinggal tidur berbulan-bulan sampai
segalanya reda” jadi berpikir ulang melihat dampaknya kepada Rose.
[SPOILER
ALLERT!!11!]
Hal yang kurang dari novel ini selain
penerjemahannya yang kaku (kalau sudah baca lewat setengah cerita, bakal
terbiasa) adalah karakter Rose yang nyaris pasrah dan selalu minta maaf. Hidup
Rose seakan penuh beban dan sebagai pelarian dia hanya melukis dan melukis.
Jarang ada tindakan nyata dari Rose untuk menyelesaikan masalahnya sendiri.
Kebanyakan orang lain yang harus membantu atau mencarikan solusi untuknya:
psikolog Mina, Bren, Xavier, Otto, bahkan Guillory yang dianggap antagonis tapi
ternyata coba melindungi Rose saat Plastine menyerang.
Ketika ada masalah berat, Rose lebih memilih tidur
di dalam stase dan menyetel waktu sampai dua minggu. What?! Iya, Rose kalau ada masalah lebih baik menghindar daripada
menghadapinya. Setelah segala hiruk-pikuk selesai, barulah dia kembali seolah
tidak terjadi apa-apa.
Awal membaca saya menganggap Rose ini agak
nyerempet-nyerempet Mary Sue. Sudah
cantik, kaya, lemah-lembut, diperhatikan satu galaksi, punya pacar ganteng,
teman-teman jenius konglomerat, dan masalah yang datang selalu selesai dengan the power of "Maaf aku tidak berdaya, maaf aku cuma beban."
Betapa mudahnya hidupmu nak. Saya juga pengen kalau ada tugas kampus, tidur
stase sampai dosen saya pensiun. (plak! #1)
Meski demikian, novel ini tidak semenyebalkan itu.
Rose mendapati dampak dari kebiasaannya kabur dari masalah. Karena sering
di-stase, Rose kehilangan waktu. Dia seharusnya sudah dewasa, kuliah, dan
menentukan hidupnya sendiri dalam perusaahaan. Rose sudah menjadi 16 tahun
selama delapanpuluh tahun. Sejak kecil, jika Rose merengek orangtuanya akan
men-stase Rose. Jika Rose memberontak, dia di-stase. Bahkan ketika Rose
bersikeras kuliah mengambil jurusan seni, ia kembali di-stase.
Agak-agaknya orangtua Rose ini psikopat (plak! #2)
Ya kali saya nolak jurusan perawat langsung disuruh
mingkem dan tidur 62 tahun (amit-amit cabang bayi).
Karena sering di-stase itulah, cinta pertama Rose
tumbuh lebih cepat ketimbang dirinya. Padahal pertemuan mereka berawal dari Rose yang tidak sengaja menemukan bayi tetangga main di halaman rumahnya. Rose ikut
mengganti popok dan menenangkan tangis bayi tersebut. Ketika Rose kembali lagi
dari stase, bayi tersebut sudah sepantaran umurnya. Ketika Rose bangun, anak
itu setahun lebih tua darinya. Dari kasih sayang adik-kakak, sahabat, sampai
pacaran: Rose sadar kalau dia di-stase terus, umur mereka akan terpaut semakin
jauh.
Namun, di akhir pemberontakannya setelah gagal mendapat
jurusan seni. Rose di-stase empat bulan, yang naasnya menjadi 62 tahun karena
orangtua Rose meninggal dalam kecelakaan helikopter. Yang menemukan Rose adalah
seorang pemuda mirip Xavier, cinta pertamanya, yaitu Bran.
Dengan Bran inilah Rose seperti mendapat semangat.
Ia kembali jatuh cinta, merasa percaya diri di sekolah, dan berusaha mengejar
ketertinggalan. Yang, pada akhirnya mengantarkan Rose pada pengakuan perasaan
kepada Bran. Kejamnya, Bran berkata dia hanya disuruh kakeknya untuk baik kepada
Rose, untuk selalu mengawasi dan menjaganya.
Betapa remuk perasaan Rose. Iya, kasihan. Banget.
Usut punya usut, ternyata Bran adalah cucu Xavier.
Kakek-kakek yang selama dalam cerita selalu tampak galak dan workhaholic itu ternyata mantan pacar
Rose!
WUANJERR!
Kalau dijadikan judul sinetron bakal gini: Gebetanku
Cucu Mantan Pacar Pertamaku (woy!)
Endingnya, untuk ukuran saya lumayan menyentuh. Rose
sudah mengenal Xavier sejak bayi, mencintainya sepenuh hati meski mereka sering
bertemu dengan umur berbeda-beda. Xavier terus melaju, sementara Rose stuck di umur belasan dan menyesali
stase-stase yang pernah dilakukannya dulu (yeah,
Mary Sue kita belajar banyak). Mereka tidak mungkin bersama dan keduanya paham,
kalau mereka hanya akan jadi sebatas rekan dalam perusahaan.
Pada akhirnya novel ini lebih menitiberatkan romance ketimbang scifi-nya. Wajar,
mengingat dari blurb saja sudah
mengundang dengan kata ‘kecupan’. Meski demikian, latar scifi-nya cukup
menyakinkan. Dari masa bumi masihlah planet biru biasa, lalu Masa Kegelapan,
eksodus besar-besaran ke bulan, Titan, Europe, Callisto, sampai Saturnus,
hingga perkembangan UniCorp yang merajai segala lapis perusahaan antar planet.
Saya suka ketika detail-detail kecil seperti Otto
yang merupakan modifikasi DNA asing dari Europe fusion janin manusia memiliki kulit biru dan kemampuan membaca
pikiran, menelpon dengan holo, sekocilimo, subTouch, Neo Fusion, dan nanobot,
ikut berpengaruh dalam cerita. Menjadi satu kebudayaan tersendiri dan bukan
tempelan semata.
Akhir kata, novel A Long Long Sleep bisa dijadikan
alternatif pembaca romance remaja
yang menginginkan suasana berbeda.